KBM di Sekolah Memang Terganggu di Tengah Pandemi Covid-19, Antara Orang Tua dan Guru Memang Harus Bisa Saling Pengertian dan Bijak Menanggapi.

Post Artikel Pendidikan Brilian - 02
Post Artikel Pendidikan Brilian - 02

Sejak virus Corona mulai masuk ke Indonesia, tentunya sebagian besar masyarakat sangat khawatir dengan dampaknya. Apalagi virus ini terdengar begitu menyeramkan seperti diberitakan oleh berbagai media. Banyak korban berjatuhan karena seolah virus ini datang begitu cepat dan menyebar begitu cepat pula. Antar kota, antar pulau bahkan antar negara. Sehingga banyak negara yang melakukan lockdown untuk mencegah penyebaran yang lebih meluas. Tak hanya dalam lingkup negara, bahkan beberapa kota pun menerapkan pencegahan layaknya lockdown. Dengan istilah dan penerapan yang berbeda-beda, tergantung situasi, kondisi dan kemampuan daerah. Di negara Indonesia ini, kita lebih sering mendengarnya dengan istilah pembatasan sosial. Kemudian, salah satu bidang yang paling terdampak dari adanya pembatasan sosial ini adalah bidang pendidikan. Sekolah-sekolah diliburkan dari kegiatan tatap muka di sekolah, diganti dengan pembelajaran jarak jauh. Siswa-siswa belajar di rumah dengan berbagai metode dan inisiatif dari sekolah maupun pemerintah

Pembelajaran jarak jauh dengan sisitem online atau dalam jaringan (Daring). Siswa belajar dengan memanfaatkan adanya internet. Karena kejadian pandemi ini seolah begitu mendadak, belajar dengan sistem daring ini tentu begitu terasa kurang tersiapkan. Kita harus mengakui, memang kita gelagapan istilahnya. Kita masih begitu tidak terbiasa dengan sistem daring. Kita sudah terbiasa belajar dengan tatap muka. Sehingga masalah pun akhirnya muncul, seperti :

  1. Cakupan sinyal internet yang tidak maksimal di bebeberapa wilayah.
  2. Ketidakpunyaan gawai atau alat elektronik yang bisa mendukung pembelajaran daring.
  3. Biaya yang tak sedikit yang rutin harus dikeluarkan untuk membeli kuota internet.
  4. Siswa kurang semangat ketika belajar di rumah.
  5. Orang tua yang kesulitan mendampingi anak-anaknya yang diberikan tugas oleh guru.
  6. Guru kesulitan menyampaikan materi dengan lengkap jika hanya berbekal sistem daring.

Dari beberapa masalah di atas, kami mengamati bahwa poin 1, 2 dan 3 mungkin banyak di atasi dengan pemberian bantuan secara materi atau pembangunan insfrastuktur internet. Namun untuk poin 4, 5 dan 6 inilah yang sering kali membuat resah di masyarakat. Bahkan seringkali menjadi curhatan para orang tua dan guru di media sosial. Keluhan karena terasa ada beban baru yang tak terkira. Sulit mengajari anak, tugas yang menumpuk, anak yang rewel, kebingungan guru, kegelisahan guru, target kompetensi dan lain sebagainya. Seperti curhatan yang saling menyalahkan namun serasa tidak ada yang bisa disalahkan.

Selayaknya kita memang harus menyadari, pandemi seperti ini juga tidak diharapkan semua orang. Pembatasan sosial ini juga tidak terjadi serta merta. Kita semua berharap semua bisa kembali normal. Anak-anak bisa sekolah seperti biasa, guru-guru bisa mengajar seperti biasa, serta orang tua bisa beraktivitas seperti sedia kala. Kita harus menyadari, banyak pihak tentu sedikit banyak terbebani akibat kegiatan pembelajaran jarak jauh ini. Para orang tua harus kerja keras mendampingi anaknya yang harus belajar daring, mengerjakan tugas satu dua tiga dari sang guru. Pasti kepalanya pusing, belum lagi memikirkan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi. Sebaliknya para guru pun juga demikian, ada tanggung jawab memberikan pembelajaran pada siswanya. Bagaimana menyampaikan, menerangkan sampai bagaimana melakukan evaluasi. Para siswa pun demikian, bagaimana tidak pusing mereka? jika biasanya materi bisa diterangkan dengan tatap muka oleh gurunya. Kali ini mereka harus berinteraksi lewat daring, tentu bisa mengakibatkan mereka kesulitan memahami.

Maka dari itu, perlunya kita bisa saling pengertian dan mendukung dalam menghadapi pandemi ini. Rasanya tidak berguna jika kita saling menyalahkan tentang konsep pembelajaran jarak jauh ini. Rasanya sia-sia saja jika kita sering mengeluh marah-marah karena pembelajaran jarak jauh ini. Alangkah baiknya kita bisa menahan diri untuk tidak mengeluh dan mengumpat kasar, apalagi malah ditulis di media sosial. Hal itu justru semakin membuat pihak lain semakin terbebani. Kesabaran memang sangat diperlukan dalam hal ini, seraya kita berdoa semoga pandemi ini segera berakhir. Sehingga kehidupan normal seperti biasanya dapat berjalan kembali, anak-anak bisa sekolah dengan baik.

Semoga kita semua dilindungi oleh Allah Ta’ala dari bahaya Covid-19. Semoga kita diberi kesehatan dan kemampuan untuk menghadapi Covid-19. Semoga anak-anak kita bisa tetap semangat belajar, para orang tua sabar dan kuat dalam mendampingi putra-putrinya, serta para guru tetap tabah dan solutif dalam memberikan pembelajaran. Aamiiin.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

three × 2 =